Tuesday, January 6, 2015

Revolusi Ketertiban

Kali ini yang sedang ramai dibicarakan lagi adalah uji coba lalu lintas tanpa sepeda motor di beberapa titik. Bagi beberapa orang penting, pengendara sepeda motor seringkali menimbulkan kemacetan. Uji coba ini memang belum tentu akan ditetapkan sebagai aturan tetap, karena masih dalam tahap pengujian. Tetapi jika ini akan menjadi aturan tetap, kemana pengendara sepeda motor harus pergi jika jalan yang ditujunya tidak boleh dilalui?

Penulis sendiri adalah seorang pengendara motor sejak tahun 2006. Sudah 8 tahun sampai dengan tahun 2014 ini. Penulis sendiri sudah mencicipi lalu lintas di beberapa kota. Dan penulis sendiri kurang setuju jika sebuah kemacetan itu asalnya dari sepeda motor.

Dari pengamatan yang penulis dapatkan di jalan raya, ternyata tidak hanya pengendara sepeda motor yang menimbulkan kemacetan, angkutan umum, pejalan kaki, dan kendaraan selain roda duapun turut serta dalam menimbulkan kemacetan. Contohnya adalah pengemudi kendaraan pribadi yang seringkali berhenti di pinggir jalan yang menghalangi pengguna jalan lain. Mengapa hal ini bisa terjadi? Apa karena murni kesalahan pengemudi, ataukah memang sulit menemukan titik berhenti yang baik karena ketidak-tersediaannya fasilitas umum yang memadai?

Manusia pandai saling menyalahkan, tetapi sangat lemah untuk mengakui kesalahan sendiri. Kembali lagi ke sistem yang komponennya selalu bekerja sama, sebenarnya seluruh masyarakatpun turut serta dalam kemacetan jalan raya. Misalnya, jika saja ada ruang khusus menyebrang bagi pejalan kaki, jalan khusus untuk kendaraan bermuatan tinggi, dan ruang henti yang tertib di lampu merah, mungkin saja kemacetan bisa dihindari.

Kembali lagi kepada poin selanjutnya, yaitu kurangnya kemampuan manusia untuk mengaku salah. Inti dari kemacetan sendiri adalah sebenarnya dari diri seseorang itu sendiri. Jika seseorang ingin berjalan pelan, maka seharusnya orang itu berada di lajur kiri, namun acap kali penulis melihat banyak yang menggunakan lajur tengah saat berjalan pelan. Berbagai macam alasan untuk berada di lajur tengah dengan tenang, salah satunya karena menghindari jalan rusak. Jadi kesalahan siapa semua ini?


Tentunya kembali lagi pada pribadi masing-masing. Jika ingin menjaga ketertiban, maka bangkitlah dari diri sendiri dulu sebelum terbesit keinginan untuk menjadikan kehidupan dunia lebih baik.

Sumber : http://dimasswp.blogspot.com/2014/11/renovasi-ketertiban.html

0 comments:

Post a Comment