Penulis sendiri adalah seorang pengendara motor sejak
tahun 2006. Sudah 8 tahun sampai dengan tahun 2014 ini. Penulis sendiri sudah
mencicipi lalu lintas di beberapa kota. Dan penulis sendiri kurang setuju jika
sebuah kemacetan itu asalnya dari sepeda motor.
Dari pengamatan yang penulis dapatkan di jalan raya,
ternyata tidak hanya pengendara sepeda motor yang menimbulkan kemacetan,
angkutan umum, pejalan kaki, dan kendaraan selain roda duapun turut serta dalam
menimbulkan kemacetan. Contohnya adalah pengemudi kendaraan pribadi yang
seringkali berhenti di pinggir jalan yang menghalangi pengguna jalan lain.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Apa karena murni kesalahan pengemudi, ataukah
memang sulit menemukan titik berhenti yang baik karena ketidak-tersediaannya
fasilitas umum yang memadai?
Manusia pandai saling menyalahkan, tetapi sangat lemah
untuk mengakui kesalahan sendiri. Kembali lagi ke sistem yang komponennya
selalu bekerja sama, sebenarnya seluruh masyarakatpun turut serta dalam
kemacetan jalan raya. Misalnya, jika saja ada ruang khusus menyebrang bagi
pejalan kaki, jalan khusus untuk kendaraan bermuatan tinggi, dan ruang henti
yang tertib di lampu merah, mungkin saja kemacetan bisa dihindari.
Kembali lagi kepada poin selanjutnya, yaitu kurangnya
kemampuan manusia untuk mengaku salah. Inti dari kemacetan sendiri adalah
sebenarnya dari diri seseorang itu sendiri. Jika seseorang ingin berjalan
pelan, maka seharusnya orang itu berada di lajur kiri, namun acap kali penulis
melihat banyak yang menggunakan lajur tengah saat berjalan pelan. Berbagai
macam alasan untuk berada di lajur tengah dengan tenang, salah satunya karena
menghindari jalan rusak. Jadi kesalahan siapa semua ini?
Tentunya kembali lagi pada pribadi masing-masing. Jika
ingin menjaga ketertiban, maka bangkitlah dari diri sendiri dulu sebelum
terbesit keinginan untuk menjadikan kehidupan dunia lebih baik.
Sumber : http://dimasswp.blogspot.com/2014/11/renovasi-ketertiban.html
0 comments:
Post a Comment